Pages

Translate

Sabtu, 18 Mei 2013

“BIOGRAFI JOANNE KATHLEEN ROWLING”

Sumber : Indra Ismawan "Kisah Sukses J.K. ROWLING"
Tugas Bahasa Indonesia Membaca Biografi Tokoh dari Guru kami tercinta : Sofia Widiyawati



Add caption


J.K. Rowling (Joanne Kathleen Rowling), seorang wanita seperti yang kita kenal adalah pencipta novel Harry Potter. Nama aslinya adalah Joanne Rowling dan akrab dengan nama panggilan Jo. Ia lahir pada akhir Juli tanggal 31 tahun 1965 di Rumah Sakit Umum Chipping Sodbury, Inggris. Ia adalah anak dari pasangan Peter Rowling dan Ann Rowling yang perekonomiannya cukup mampu. Ayahnya adalah seorang manajer pabrik pesawat terbang, sedangkan ibunya bekerja sebagai Teknisi Laboratorium. Dua tahun setelah kelahiran Jo, orangtuanya melahirkan seorang anak perempuan bernama Dianne Rowling. Di adalah adik perempuan Jo, dia adalah sosok penting yang pertama kali mendapat kesempatan menikmati cerita-cerita yang di tulis Jo. Ketika Jo berumur 6 tahun, dia bercerita tentang kelinci kepada Di. Kelinci ciptaan Jo masa itu bernama Rabbit dan lebah raksasa bernama Miss Bee. Ia bercerita kepada adiknya bahwa suatu hari, Di bermain di kebun dan terperosok ke dalam lubang kelinci. Ternyata kelinci itu ramah bahkan memberi makan Di buah Strawbery oleh keluarga kelinci.
Si kecil Jo sudah menampakkan kelebihannya, yaitu memiliki kemampuan dengan inspirasinya yang luar biasa. Orangtuanya bukannya tak menyadari betapa istimewanya imajinasi anaknya, orangtuanya sering membacakan buku untuknya sejak usia dini. Sebagai anak kecil pada umumnya, Jo melakukan banyak hal lain selain menulis selama masa mudanya. Membaca dan bermain adalah kegiatan favoritnya. Dan hal yang jarang di temui adalah bila orangtuanya tidak melihat batang hidungnya dibalik sebuah buku.
Jo dan keluarganya pindah ke kota kecil di Winterbourne. Orangtuanya memutuskan bahwa mereka membutuhkan rumah yang lebih besar. Jo sangat cepat beradaptasi, disana Jo berteman dengan kakak beradik bernama Ian dan Vikki Potter. Sejak saat itu, Jo jatuh cinta pada nama mereka, “Potter”.  Dan itulah salah satu alasan persahabatan mereka. Pada tahun 1973 di Winterbourne ketika Jo berumur 8 tahun, Jo dan Di membiasakan diri bermain bersama temannya termasuk Ian dan Vikki Potter, mereka senang bermain sihir-sihiran.
Tidak lama setelah Jo berumur 9 tahun, orangtuanya memutuskan untuk pindah lagi ke desa kecil bernama Tutshill dan meninggalkan sahabat-sahabatnya di Winterbourne termasuk Ian dan Vikki Potter. Di Tutshill ada Sungai Wye dan ladang-ladang di sekeliling. Jo dan Di sangat cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Jo adalah anak yang suka bergaul, dan dengan segera berteman dengan anak di lingkungan tempat tinggalnya. Di usianya yang masih sangat muda, Jo telah membaca novel-novel James Bond karya Ian Fleming. Akhirnya dia menemukan novel karya Jane Austen. Jo mengaku bahwa penulis favoritnya adalah Jane Austen.
Jo akhirnya pindah sekolah di Tutshill Primary. Disana Jo memiliki seorang guru bernama Mrs. Morgan. Dia adalah tipe guru yang kaku, tidak suka omong kosong, dia mengajar Matematika yang tampaknya tak cocok bagi Jo. Mrs. Morgan menganggap dia sebagai siswa yang bodoh sehingga  dia di tempatkan di tempat duduk barisan kursi paling kanan di kelas. Jo menyadari posisi duduknya itu adalah barisan anak-anak bodoh. Menjelang akhir semester, Jo berhasil membuktikan pada Mrs. Morgan bahwa dia salah menempatkan Jo di barisan kanan. Jo berhasil mencetak prestasi. Jo mendapatkan kembali kepopulerannya dan mempertahankannya selama di Tutshill dengan tenang. Nilai-nilainya tetap bagus, tapi dia tetap menjadi anak pemalu, dengan sedikit teman dekat. Sedangkan menulis tetap menjadi hasratnya.
Jo berhasil lulus dengan Tutshill dan segera meneruskan ke Sekolah Menengah Wyedean yaitu Wyedean Comprehensive. Dia sedang mengalami masa pubertas, kepercayaan dirinya selama di Tutshill menghilang seketika selama tahun pertamanya di Wyedean. Hal itu membuatnya merasa tidak aman. Kulitnya menjadi berbintik-bintik dan yang lebih buruk dia juga harus memakai kacamata.
Tetapi Jo berhasil menemukan tempatnya di Wyedean. Jo menemukan teman yang sesama pendiam dan tidak terlalu populer tetapi cerdas untuk saling berbagi. Dia masih terus menulis dan akhirnya merasa cukup percaya diri untuk mengambil resiko dengan membacakan beberapa dari ceritanya kepada teman-temannya. Jo suka membuat cerita superhero diman dia dan teman-temannya lah yang menjadi superhero. Suatu hari ada sebuah kejadian memalukan yang mengakibatkan tangannya retak. Peristiwinya terjadi saat dia sedang bermain olahraga yang tidak melibatkan kontak dengan orang lain yaitu Bola Net.
Suatu ketika, Jo yang pendiam terlibat perkelahian dengan anak paling nakal di kelasnya. Anak itu memukul Jo lebih dahulu dan baginya dia harus balas memukulnya. Segera dia kembali menjadi seorang gadis penakut dan selama berminggu-minggu mengintip setiap pojok karena ketakutan kalau dia akan diserang tiba-tiba.
Seiring usianya bertambah, dia mulai menjadi lebih tenang. Hubungan dengan Di tetap dekat. Jo selalu memanfaatkan Di sebagai orang pertama untuk mendengar cerita-cerita yang terus di hasilkan. Di sekolahya dia terpilih menjadi Head Girl. Tugas seorang Head Girl untuk mengajak wanita bangsawan yang berkunjung ke sekolahnya berkeliling. Hal yang ditakutinya sebagai Head Girl adalah berpidato di depan warga sekolah. Jo menyelesaikan pendidikannya di Wyedean dengan penghargaan tertinggi. Para guru meramalkan masa depan cemerlang baginya. Dia tahu, jauh didalam lubuk hatinya, dia memiliki harapan dan cita-citanya sendiri menjadi seorang Penulis.
Jo adalah anak yang berbakti kepada orangtuanya. Dia harus melanjutkan kuliah di Exeter University yang bukan menjadi keinginannya untuk menekuni bahasa Perancis, jurusan yang sama sekali bukan minatnya. Itu atas dasar pilihan orangtuanya. Mereka menginginkan agar Jo kelak menjadi Sekretaris Dwibahasa. Jo telah dewasa, dibandingkan masa-masa penyesuaiannya di Wyedean, ternyata adaptasi Jo di Exeter lebih mulus.
Tahun-tahun Jo di Exeter dapat dianggap produtkif. Jo menemukan bahwa dirinya dapat menguasai bahasa Perancis dengan mudah dan baginya itu sangat melegakan. Disamping itu, dia masih terus menulis dan menulis menuangkan segala imajinasinya. Tapi, hingga saat itu dia tetap kurang percaya diri untuk mengirimkan karya-karyanya ke penerbit. Ketika meminta penilaian dari teman, dia bahkan merendahkan nilai cerita-ceritanya saat ada teman yang menyatakan bahwa cerita-ceritanya bagus.
Jo lulus dari Exeter University. Musim panas tahun 1990 ia berhasil bekerja menjadi Sekretaris Dwibahasa. Dia juga berhasil menguasai bahasa Perancis. Menjadi Sekretaris sangat membosankan, dia tak pernah mendengarkan rapat-rapat. Dia sibuk sendiri dengan mencorat-coret pinggiran kertas tentang cerita-cerita terbarunya yang seharusnya ia harus menulis hasil rapat. Sehingga belakangan dia di pecat. Berbagai macam pekerjaan telah dilakukannya namun sepertinya tidak cocok. Dia tetap pada pendirian bahwa dia ingin menjadi seorang Penulis.
Tetapi Jo tidak akan mengambil resiko untuk mencapai cita-cita tertingginya itu. Jo mencari pekerjaan. Dan lowongan itu ada di Manchester tepatnya Manchester Chamber of Commerce. Dia bekerja disana penuh rutinitas setiap hari menyiapkan surat menyurat yang baginya tidak kreatif. Dia tinggal di London dan harus naik kereta bolak-balik dari Manchester-London.
Suatu hari sewaktu pulang ke London, keretanya tiba-tiba berhenti. Terjadi semacam kerusakan mekanis 4 jam lamanya. Waktu seperti itu sangat menguntungkan bagi Jo, karena akan jadi waktu untuk mengerjakan kesenangan Jo yaitu membaca atau menulis. Dia hanya memandang keluar jendela, memusatkan perhatian pada sekelompok sapi yang sedang merumput. Tentu sapi bukan subyek yang paling membangkitkan inspirasi. Tiba-tiba sketsa laki-laki kurus, kering dan berkaca mata muncul jelas di kepalanya. Gagasan tentang Harry dan sekolah sihir sangat jelas. Jo terpesona dengan penglihatan yang baru saja dia dapatkan. Dia yang senang membuat nama-nama unik kemudian duduk diam dan bermain-main dengan pikirannya tentang karakter, nama-nama lucu dan kemungkinan jalan cerita. Ketika kereta telah memasuki Stasiun King’s Cross, Jo sangat bersemangat dan cepat-cepat pulang untuk menuliskan konsep-konsep awal sebelum terlupakan.
Pandangan dan imajinasi Jo berkembang sangat luas sejak pertama kali bertemu Harry. Berlembar-lembar gagasan tentang cerita Harry Potter yang akan dibuatnya tersimpan dalam sebuah kotak. Jo masih bertahan dengan pekerjaannya di Manchester Chamber of Commerce. Namun musibah demi musibah mulai di derita Jo, ibunya yang menderita Multiple Sclerosis (gangguan tulang belakang yang menyebabkan kelumpuhan) meninggal dunia pada tahun 1990 di usianya yang ke 45. Jo sangat sedih, dia tidak menyangka bahwa penyakit itu begitu cepat merenggut nyawa ibunya. Jo semakin sedih ketika beberapa hari setelah ibunya meninggal, ayahnya memutuskan untuk menikah lagi dengan wanita bernama Barbarra. Jo merasa sangat bersalah karena dia tidak berada di samping ibunya di saat-saat terakhir. Penyesalan terdalam Jo adalah bahwa dia tidak pernah membiarkan ibunya membaca cerita Harry.
Hidup Jo kacau, meninggalnya sang ibu merupakan pukulan berat baginya. Tidak lama setelah itu Jo kehilangan pekerjaannya di Manchester Chamber of Commerce. Dia baru saja menginjak usia 26 tahun, tetapi hatinya mulai terbagi. Dia memendam perasaan bersalah karena tidak bisa menjadi seperti orang lain, bekerja secara normal, berkeluarga dan hidup bahagia. Di sisi lain, dia masih enggan meninggalkan impiannya sebagai seorang Penulis. Kemudian timbul dalam hatinya bahwa ia ingin sekali menjadi seorang guru.
Pada September 1990, Jo pamit kepada ayah dan adiknya Di untuk pergi ke Oporto, Portugal. Di sana ia menjadi guru bahasa Inggris. Akhirnya, Jo betah juga di Oporto, dia terus melanjutkan cerita Harry, tokoh-tokoh dan karakter lainnya telah ia ciptakan. Kesedihannya selama ini berkurang berkat pertemuannya dengan Harry. Menulis Harry Potter, meski harus menghadapi sekian banyak hambatan dan tantangan, memberi kegembiraan terus menerus bagi Jo. Hal itu berubah ketika Jo mulai Jatuh Cinta. Jo bertemu dengan seorang wartawan televisi terkenal. Dia tampan dan berkulit gelap, namanya Jorge Arantes. Jo mengetahui bahwa Jorge cerdas, sensitif dan tertarik pada Jo. Dalam hitungan bulan pertemuan mereka, Jo dan pacarnya menikah. Dua tahun pertamanya menikah, hubungan mereka berjalan baik. Namun pelan-pelan hubungan ini tambah rumit, karena Jorge yang setiap seharian full kerja dan Jo yang sibuk menulis cerita Harry.
Pada tahun 1992, Jo hamil. Jo berharap kehadiran bayi itu di rumahnya akan membantu memperbaiki hubungan dengan suaminya yang telah memasuki masa-masa lebih sulit. Jorge tidak menunjukkan sikap manis yang dia dapatkan sewaktu pertama bertemu. Sikap Jorge mulai berbeda, Jo sering menangis, dia seringkali tenggelam dalam depresi. Akhirnya  tahun 1993 ia melahirkan bayi mungil yang diberi nama Jessica. Sayangnya, kelahirannya tidak memperbaiki hubungan dengan suaminya. Dalam beberapa minggu setelah itu, Jo dan suaminya resmi bercerai.
Di tengah depresinya, Jo menerima telepon dari Di yang sekarang telah dewasa. Dia menyarankan agar pindah ke Edinburgh, Skotlandia. Perjalanannya ke Edinburgh panjang dan sepi, dia bahagia berada di dekat adiknya meskipun tidak seatap. Beruntung ada seorang bernama Sean yang memberi Jo sejumlah pinjaman sewa “Flat Kumuh”. Jo merasa beruntung dengan adanya atap yang menaungi kepalanya dan anaknya yang baru berusia 3 bulan itu. Tetapi impiannya sekarang menjadi lebih rumit dengan adanya sebuncah kebahagiaan yang tertidur di tempat tidur bayinya, Jessica. Ketika Natal tiba, dia tidak memilik uang untuk membeli hadiah untuk putrinya.
Suatu sore kala turun hujan, Jo mengunjungi Di. Dia mengenang kisah bertahun-tahun silam ketika dimasa kecilnya Jo sering bercerita tentang seekor kelinci kepada Di. Spontan dan antusias, Jo mulai bercerita Harry Potter kepadanya empat bab pertama. Di terhanyut dalam cerita Harry Potter dan memaksa kakaknya untuk menunjukkan tulisannya, Di benar-benar tertawa saat itu.
Respon Di sungguh membesarkan hati Jo yang telah kembali menumbuhkan kepercayaan dirinya. Hari demi hari berlalu, masa-masa itu adalah yang terburuk dalam kehidupannya. Dia miskin dan dapat menyambung hidup hanya dari dana sosial. Dia sering kali tidur malam dalam keadaan lapar. Dia tetap melanjutkan cerita Harry. Sebagai ibu muda dia sangat kesulitan untuk menulis, maka dia akan menidurkan Jessica di keretanya, ketika bayinya tertidur, dia buru-buru menulis di tempat favoritnya, Cafe kumuh bernama Cafe Nicholson. Meskipun tempat itu bukan tempat menemukan inspirasi yang menakjubkan. Periode itu, sekitar 6 bulan bukanlah dunia yang sempurna bagi Jo. Jo berada pada titik terendah hidupnya.
Tahun 1994, cerita Harry telah selesai sempurna. Yang dia perlukan adalah mencari agen agar bisa membuat karyanya diterima oleh penerbit buku. Dia memperbanyak naskahnya, karena biaya fotocopy bukunya yang sampai 80.000 kata sangat mahal baginya, akhirnya dia menuliskan ulang dengan pensil-pensil bekas yang dapat ia temukan di jalanan. Jo akhirnya memperoleh bantuan dari Dewan Seni Skotlandia, sebuah institusi yang menyadari bahwa fiksi anak sama pentingnya dengan fiksi dewasa. Jo mengajukan permohonan, dia memperoleh bantuan sebesar 8000 Pound dan itu membuatnya beruntung. Depresinya  tampaknya telah pergi walaupun cerita Harry belum diterbitkan.
Akhirnya dia menemukan seorang agen bernama Christopher Little. Pada tahun 1995, Jo mengirimkan naskah bab pertama kepadanya. Suatu hari, sepucuk surat datang dari Little bahwa tulisannya akan segera di terbitkan dan akan segera di carikan penerbit. Setelah bertemu Little langsung, Jo mengetahui bahwa Little juga terkesan dengan cerita Harry.
Namun sikap positif Little belum merupakan jaminan apakah naskah itu akan di terbitkan. Jo hanya bisa membeli mesin ketik tua untuk memperbanyak naskahnya. Naskah-naskah itu di tolak oleh 3 Penerbit. Little tetap meyakinkan bahwa penerbit yang menolak Harry itu terlalu bodoh untuk memahaminya. Penerbit mungkin beranggapan bahwa cerita Harry terlalu bertele-tele dan membosankan.
Akhirnya pada Juni 1996, Barry Cunningham, kepala editorial penerbit buku anak Bloomsbury membeli hak penerbitan naskah Harry. Hati Jo berbunga-bunga ketika buku Harry Potter yang pertama akan di terbitkan pada Juni 1997. Sebelum novelnya diterbitkan, pihak Bloomsbury menyarankan Jo agar menambah partikel namanya, dan di usahakan terdengar seperti nama laki-laki, karena pembaca laki-laki tidak akan menyukai karya seorang wanita. Jo pun setuju dan menambahnya dengan nama ‘Kathleen’, nama yang di sukai neneknya. Dan akhirnya terciptalah nama Joanne Kathleen Rowling atau J.K. Rowling. Akhirnya Harry Potter and The Philosopher’s Stone, Jo sukses. Banyak orang menyukai cerita Harry. Keinginannya agar bukunya terpajang di toko-toko buku telah tercapai.
Suatu malam Little berulang-ulang kali menelpon bahwa terjadi pelelangan di New York yang di hadiri Penerbit-penerbit ternama untuk membeli hak penerbitan novel Harry Potter. Pelelangan tersebut di menangkan oleh Penerbit Scholastic yang membelinya dengan 1.000.000 Dollar. Malam itu Jo tidak bisa tidur, dia takut sekaligus bahagia mendengar semua itu. Maka di Flat kumuh yang masih di tinggalinya itu ia memeluk Jessica. Jo telah sukses dan segera saja ia menjadi orang kaya. Sekuel-sekuel akan segera menyusul di tahun-tahun berikutnya. Novel-novel Harry Potter banyak meraih prestasi di berbagai event-event bergengsi. Penulis-penulis ternama banyak yang memuji karya-karya Jo, bahwa Jo sangat piawai dalam merangkai sebuah plot, tokoh-tokohnya serasa hidup dan biasanya ketika membuka dan membaca novelnya akan sulit menutupnya hingga ceritanya selesai terbaca.
Jo tetap menjadi orang yang rendah hati, walaupun tentang kepribadiannya banyak di plesetkan oleh para wartawan, Jo tetap tegar. Dia tahu bahwa dia harus menulis dan tetap harus menulis.Kekayaan Jo semakin berlimpah ketika pada tahun 2000, Warner Bross membeli hak agar Novel Harry Potter di layar lebarkan. Pada tanggal 26 Desember 2001, Jo menikah dengan Dr. Neil Murray dan bahagia bersama keluarga kecilnya.

“Sepanjang tahun 1995-1998, catatan-catatan kisah Harry Potter di atas kertas tisu murahan, mengalami transfigurasi menjadi novel best-seller di seluruh dunia. Nasib Joanne Kathleen Rowling juga mengalami perubahan dahsyat. Perempuan yang menjadi orangtua tunggal bagi Jessica itu tidak lagi berkubang di lumpur kemiskinan. Ia menjadi idola di seluruh dunia bersama Harry Potter ciptaannya.”
“Aku menulis untuk diri sendiri. Aku rasa tak seorangpun akan menikmati buku ini lebih dari yang kurasakan saat membacanya.”__ J.K. Rowling.

                                        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About